Total Tayangan Halaman

Selasa, 12 Februari 2013

PUISI 3


PASRAH

Padamu aku berserah
Kutumpukan segala resah
Kusyukurkan segala berkah

Kadang kucoba berpaling dari padamu
Kiranya ada yang lebih kasih dan peduli padaku
Lalu kuberlari meninggalkanmu
Kuturuti ajakan nafsu

Pada pertengahan jalan
Kau bisikan hikmah dalam dadaku
Tapi kubilang aku bosan
Lalu aku terus berlalu

Di ujung jalan itu ternyata jurang
Aku terperosok ke dalamnya
Lalu berteriak minta tolong
Dan kau datang sebagai yang pertama

Dalam sesal aku berlutut
Di hadapanmu aku bersujud
Kaulah satu-satunya yang pantas dan patut
Hanya padamu ake bersembah
                            (2011,19 th Dec 21:21 pm in a very hot room)

IBUKU BURUH TANI

Ibuku buruh tani
Datang ke sawah tiap pagi
Pulang menjelang petang

Betisnya kokoh menopang badan membungkuk
Bergumul lumpur kotor meliat
Tangannya mengayun mengikuti irama jantung tak tik tuk
Jari bergerak cepat dan tepat
Menancapkan  padi di permukaan tanah
Lelah... lelah katanya mendesah

Panas mentari membasuh kulit
Peluhnya asin menyambar bibir
Dibiarkan saja biar tak payah bangkit
Berdiri lagi lelahnya bikin badan sakit

Merpati lalu tepat di atasnya
Ibanya teteskan airmata
Ibuku mendongak dan berkata
“Merpati...
Jangan kasihani aku
Hidupku adalah kerja
Amalku buat anak di rumah tertawa
Kasihanilah mereka
Anjing berdasi dalam gedung bertingkat
Yang dengan satu ketukan palu
Membebaskan para penghianat
Dan pada coretan tanda tangan bagai liukan kawat
Membuat rakyat melarat
Berapa banyak tumpahan tangisnya kelak diakhirat”

GADIS MALANG

Senja redup awan melungkup
Kelelawar lepas ke angkasa luas
Pohon malas daun meniung
Petani lelah berkemul sarung
Dingin... dingin... malam temaram

Duhai gadis berhati bingung
Wajah murung duduk termenung
Mata kosong menembus gunung
Menanti abang pulang ke kampung

Bunda belai rambut  Si gadis
Hitam lurus tergerai manis
Sudahlah sayang hari sudah gelap
Masuklah ke kamar tidurlah lelap

Gadis menangis dalam pelukan
Bilakah abang kan pulang?
Tanya Si gadis harap jawaban
Abangmu kini suami orang
Demikian jawaban untuk Si gadis malang
Dingin... dingin... malam temaram

                                                             (Kendari, 26 februari 2012)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar