Total Tayangan Halaman

Selasa, 12 Februari 2013

PUISI 2


AMARAH
By Jihan Tary

Dadaku serasa pecah menahan amarah
Tak tahu pada siapa hendak kutumpah
Tangan mengenggam kencang
Jiwa mengeram gerang

Jangan usik aku dengan omelmu
Hatiku sudah jemu
Sabarku sudah sampai batas
Sejengkal lagi pastikan lepas

Pergilah jauh dari pelupuk mata
Sampai batas waktu yang tak terkira
Jangan kembali sebelum masanya tiba
Sebelum dadaku mengembang lega


ANDAI AKU ORANG KAYA

Tuhan.....
Andai aku orang kaya
Aku berjanji kan kupakai hartaku untuk berderma
Kukenyangi perut-perut lapar itu dengan makanan bergizi
Kusudahi orang-orang berebut nasi basi

Andai aku orang kaya
Tak kubiarkan kaki telanjang menapak aspal tanpa alas
Mengais rizki sisa-sisa orang culas
Meminta-minta pada gertak orang bakhil
Menjual diri pada para germo tengil


Andai aku orang kaya
Kan kubeli traktor
Kubagikan pada para petani
Untuk para koruptor
Kubuatkan penjara besi
Atau kubelikan senjata api
Biar mereka kutembak mati

Andai aku orang kaya
Mungkin itu takkan terlaksana
Kukan terlena kenikmatan dunia
Turuti hawa nafsu belaka

Inikah rencana-Mu
Kau lebih tahu mana yang baik untuk hamba-Mu
Maka jangankan kaya padahal aku benar-benar kacung
Yang selalu bermimpi jadi orang terkaya sekampung

Jika boleh dinego
Janjiku takkan neko-neko
Sisakan waktu sebentar saja
Sekali saja tuk jadi orang kaya
Karena aku tetap ingin berderma

AKU BERTANYA

Pada orang cacat nan miskin
Aku bertanya ....
Bagaimana kau lihat indah dunia dengan mata terpejam
Bagaimana kau kecap manis dunia dalam pahitnya kehidupan
Bagaimana kau kayakan hati pada dirimu yang miskin
Bagaimana kau ambil hikmah pada hidup yang payah

Kau susuri jalan tanpa keluh
Dengan badan yang basah karena peluh
Lalu tersenyum di sela langkah
Saat sedikit kau terima berkah
Dari usahamu mencari nafkah

Aku terpaku menatap tubuh sempurnaku
Berjalan tanpa rintang
Menatap tanpa halang
Bicara tanpa gagap
Mendengar tanpa senyap

Pada orang-orang sepertiku
Aku bertanya.....
Nikmat mana yang masih kurang
Mata kami tak pernah bosan memandang
Perut kami tak pernah berhenti kenyang
Sebab mulut kami tak pernah berhenti mengunyah
Juga kaki kami tak pernah berhenti melangkah
Sehingga tiada tempat yang tak pernah lewat singgah

Pada Tuhan semesta alam
Kami menggerutu...
Sungguh belum cukup nikmatmu
Tambahkan lebih banyak untukku
Sampai aku bosan dan lepas satu persatu
Takkan berhenti sampai ajal menjemputku

Pada kami Tuhan berkata
Bersyukurlah lalu kutambah rezekimu
Atau rakuslah maka neraka tempatmu


PETANI

Pada hamparan sawah kau gantung nafkah
Pada keong-keong merah kau pasang sumpah serapah
Pada tetesan hujan kau harap tumbuh
Pada kemarau panjang kau rundung keluh
Pada segala jenis pupuk kau harap subur
Pada rimbunan gulma siap kau tempur

Di ujung mata bajakmu hidup berjalan
Pada tebaran benihmu kau berangan- angan
Pada pergantian musim kau ramal takdir
Pada aliran sungai kau hanyutkan fakir

Senyummu mengembang melihat buliran padi
Pada burungpun enggan kau bagi
Kepulanganmu membawa kabar gembira
Bagi anak istri yang tak berhenti berdoa
Moga sawah bagus panennya

Pada pasar kau gantung harapan
Pada karung-karung beras kau bungkus impian
Dasar orang kecil selalu sial
Panen tiba harga turun terjal



CURHAT PADA PRESIDEN

Presidenku
Rakyatmu ingin bicara
Tolong jangan tutup telinga
Harap dengar sebentar saja

Presidenku
Rupamu gagah sempurna, jalanmu tegak berwibawa
Suaramu tegas membahana, senyummu ramah bersahaja
Saking kagumnya fotomu ku gantung di kamar di atas jendela

Presidenku
Maafkan jika rakyatmu lancang
Yang penting bicara kami tak kencang
Kami akan sopan berbicara
Asal jangan dikirim ke penjara
Dan sekedar informasi
Kami anak-anak kecil yang masih suka ngemut jari

Presidenku
Kami ingin cerita
Di sekeliling tempat tinggal kami banyak orang tak punya
Kami lihat mereka menderita
Tiap pagi ngutang beras di tetangga
Mau cari kerja susah katanya
Mau mencuri tidak berani
Kalau dipenjara lebih lama dari korupsi
Mending ngutang kesana-kemari
Halal meskipun makan ati
Begitu kata mereka


Presidenku
Kami di sini heran
Melihat tingkah laku bawahan anda
Korupsi seenaknya
Uang rakyat ditelan juga
Apa mereka tak punya rasa
Indonesia seperti cuma milik mereka saja
Katanya mereka diangkat untuk kami
Tapi yang diurus cuma kursi
Dan memperkaya diri sendiri

Presidenku
Ada satu lagi
Sekolah kami atapnya bocor
Kalau hujan airnya ngocor
Buku kami sering basah
Jadi kami belajar di kantor lurah

Presidenku
Jadi kami minta tolong
Bapak berani menindak tegas
Pejabat-pejabat yang malas dan culas
dan suka menilap uang kas
serta suka merampas dan memeras
Kalau perlu para koruptor itu diberantas
Sampai habis tanpa bekas
Jangan ada yang diumpetin dalam tas
Atau jelas jadi tersangka tapi dibiarkan bebas
Kembalikan ke dalam Lapas
Biar impas


Yang terakhir
Tolong sekolah kami dibantu
Biar kami bisa belajar di situ
Karena kami masih ingin menuntut ilmu
Ya sudah kami main dulu


 ( Jihan Tary, 12th Nov 2011 at 11 pm in a silent room under coffee effect)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar